Zainal bertanya :
Assalamu 'alaikum Wr Wb
Apa yang di maksud dengan Wali Majdub & Wali Wazir ?
JAWABAN AL ARIF BILLAH AL HABIB MUNZIR BIN FUAD AL MUSAWA
2005/12/03 04:27
Alaikumsalam wr wb,
1. WALI MAJDZUB
Secara
bahasa adalah tertarik, terhisap atau lebih mudah lagi adalah tenggelam
dalam keasyikan pada suatu hal, misalnya seorang yg asyik siang
malamnya melupakan segala2nya bahkan makan dan minum, bahkan lupa pada
semuanya, karena ia asyik dengan istrinya, maka ia dinamakan "MAJDZUBUZ
ZAUJAH"
Demikian
pula ada sekelompok orang yang lupa dengan segala2nya kecuali Allah
swt, maka ia dinamakan "MAJDZUBUR RAHMAAN", demikian istilah para sufi,
dan dalam kepribadiannya ia biasanya berusaha untuk menutupi
kesholihannya, dengan berpakaian kotor dan berlaku seperti orang gila,
HAL INI TIDAK DI SUKAI OLEH PARA ULAMA DAN AHLI MA'RIFAH BILLAH, namun
MEREKA TAK MAU MERENDAHKANNYA.
Sebagaimana
peringatan Rasul saw agar jangan merendahkan mereka sebagaimana dalam
hadits beliau saw : "Barangkali orang yang berpakaian rombeng dan kumal
yg diusir - usir di pintu - pintu rumah itu, bila bersumpah dan berdoa
kepada Allah, Dia segera mengabulkannya", (HR Muslim).
ORANG SEPERTI INI BUKAN PANUTAN KITA, namun tidak pula kita boleh menghinakannya.
WALI WAZIR
Wazir
dalam bahasa berarti menteri, mengenai tingkatan para wali ini maka
masing masing Ulama pembesar Ma'krifah billah punya kategori tingkatan
para wali menurut ijtihad nya masing masing dari Istinbath hadits Rasul
saw, Imam Ibn 'Arabiy mempunyai kategori dan susunan para wali
tersendiri, Imam Abdullah Al Aidrus Al Akbar pun mempunyai pendapat lain
lagi mengenai susunan dan derajat para wali, Imam Ghazali, Imam Syeikh
Abdul Qadir Jailani, dan masih banyak lagi perbedaan pendapat mengenai
derajat para wali,
Kita
wajib menghargai pendapat mereka karena mereka adalah para Ulama
Muhadditsin dan Alim besar, bukan seperti mereka yang zaman sekarang
berpendapat ini dan itu mengenai para wali sedangkan mereka sangat
dangkal dalam Ilmu Syari'ah Rasul saw.
Dan untuk penjelasan lebih dalam maka saya tak mungkin membeberkannya di website ini karena akan terlalu berpanjang lebar
Hera bertanya :
AssalamMualaikum Wr Wb
Tanya masalahan Darul Arqam apa benar abuya ashaari itu Mujadid..
Bagaimana
dengan syaikh Tarekat yang gemar pake gelar Qutub seperti syaikh
Haqqani dan Pimpinan aliran Tarekat Tijaniyah memakai gelar Qutub
Robbani. bisa jadi juga aliran lain pakai gelar seperti itu.
Apa setiap aliran Tarekat berhak meng klaim ?
Kenapa aliran Tarekat yang muktabaroh itu seenak nya menyandangkan gelar Qutub.
JAWABAN AL ARIF BILLAH AL HABIB MUNZIR BIN FUAD AL MUSAWA
2008/06/04 22:03
alaikumsalam warahmatullah wabarakatuh,
Saudaraku yg kumuliakan,
Mengenai
Mujaddid, mestilah seorang ulama besar, sangat mendalami syariah dari
semua madzhab, mesti pula pakar hadits, yg setidaknya mencapai derajat
AL HAFIDH, yaitu hafal lebih dari 100.000 hadits dengan sanad dan hukum
matannya.
Dan
Mujaddid mesti mendalami belasan Tafsir hingga ia mengerti asbabunnuzul
Alqur'an dan hadits hadits pendukung ayat ayat alqur;an, iapun mesti
memahami sirah dari ratusan sumbernya mengenai sejarah Nabi saw, banyak lagi kelengkapan yg mesti ada pada seorang mujaddid. wallahu
a'lam apakadan
h ketua Darul Arqam telah memenuhi kriteria ini.
Mengai
Qutub, hal ini bersifat ghaibiyyah dan tak dijelaskan dalam syariah
secara mendalam, maka siapa saja bisa digelari Qutub oleh murid
muridnya, namun mengenai benar atau tidaknya wallahu a'lam
Nadir Syahsn bertanya :
Assalamualaikum
Ya Habib Munzir
Meskipun
Masalah Qutub itu suatu hal gaib bagi kita. tapi tentu tidak bagi orang
tertentu. dan tidak mungkin digelari oleh murid. kalo seorang Qutub
mendapat gelar dari murid cuma karena hormat dan takzim kepada guru,
otomatis itu batal. karena gelar Qutub itu anugerah Allah. bagimana
seorang manusia bisa memberi gelar seenak nya. Bukan kah islam itu
berani mengucapkan kebenaran atas dasar ilmu ?
JAWABAN AL ARIF BILLAH AL HABIB MUNZIR BIN FUAD AL MUSAWA
2008/06/10 13:42
alaikumsalam warahmatullah wabarakatuh,
Saudaraku yg kumuliakan,
Hal
itu tak dijelaskan pada Alqur'an dan hadits shahih, maka akan muncul
ratusan ilkhtilaf dan perbedaan pendapat jika dibahas, maka kita memilih
diam karena memang tak ada perintah Rasul saw tuk menjelaskannya,
berbeda dengan amrun ubudiyah yg memang diperintahkan tuk dikabarkan dan
disebarkan,

Tidak ada komentar:
Posting Komentar